MSG, Mengapa Masih Kontroversi?

msg_mono_sodium_glutamate.jpgMelihat press release “Kontroversi Monosodium Glutamate (MSG) pada Kesehatan dan Kecerdasan” yang juga merupakan scientific meeting Persagi DIY (28 Februari 2008), membuat saya bertanya-tanya. Tujuan scientific meeting ini adalah untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang fakta ilmiah terbaru MSG. Akan tetapi, mengapa dibuat berakhir dengan kontroversi?

Pada seminar tersebut diungkapkan oleh Turiadi dari PT Ajinomoto sebagai pembicara ketiga, masalah-masalah kesehatan yang kerap dihubungkan dengan MSG adalah: msg1.gifkerusakan otak, Chinese Restaurant Syndrome, asma, akumulasi dalam darah, kanker, dan akibatnya pada janin. Selanjutnya, beliau mengungkapkan penelitian-penelitian terbaru mengenai permasalahan di atas.

KERUSAKAN OTAK

Olney (1969) mengungkapkan MSG dosis tinggi mungkin merusak fungsi otak manusia. Ia mengatakan hal ini karena penelitiannya pada bayi tikus (mencit) yang diberikan MSG dosis 0.5-4.0 g/kg berat badan (setara dengan 30-240 g/60 kg, ini merupakan dosis yang sangat tinggi). Hasilnya, terjadi kerusakan otak pada mencit tersebut. Penelitian ini di-counter dengan pernyataan, “suntikan dan makan paksa MSG sangat tidak relevan dengan konsumsi MSG secara normal bersama makanan. Pengaruh negatif tidak ada ketika MSG dosis tinggi ditambahkan ke dalam makanan.”

  1. Y Takasaki et. al. (1978) mengungkapkan bahwa ketika MSG diberikan secara oral kepada makanan, kadar plasma glutamate tidak berubah.
  2. Y Takasaki et. al. (1979) mengadakan penelitian yang hasilnya MSG di dalam makanan tidak menyebabkan pengaruh akut atau pun kerusakan otak jangka panjang.
  3. W Partridge (1979) meneliti: glutamat di dalam makanan tidak dapat menembus otak karena mekanisme blood-brain barrier.
  4. J Fernstorm (1994) mengungkapkan bahwa glutamat dalam makanan tidak berpengaruh buruk terhadap fungsi normal otak.
  5. Q Smith (2000) menemukan bahwa glutamat di dalam otak selalu terjaga konstan terpisah dari glutamat di dalam sistem peredaran dalam tubuh

CHINESE RESTAURANT SYNDROME

Terjadi perbedaan pendapat mengenai penyebab chinese restaurant syndrome. Di dunia kesehatan, hal ini merupakan scientific controversy. Tarrasoft dan Kelly (1993) melakukan penelitian kepada 71 orang sehat dengan memberikan MSG tanpa makanan. Hasilnya, MSG tidak menimbulkan reaksi apa-apa pada sebagian besar orang. Sebagian kecil orang bereaksi terhadap MSG tetapi hasilnya tidak konsisten. Lalu pada tahun 2000, Geha et al. melakukan penelitian dengan multicenter double blinded PC (4 protokol) dengan melibatkan 130 orang yang sensitif terhadap MSG. Mereka diminta mengkonsumsi MSG dengan dan tanpa makanan. Namun hasilnya, MSG tidak menimbulkan reaksi apabila diberikan bersama makanan. MSG dosis tinggi bisa menimbulkan reaksi pada individu yang sensistif apabila dikonsumsi tidak bersama makanan, namun reaksinya tidak konsisten dan cepat hilang.

ASMA

Terlihat perbedaan signifikan antara penelitian awal dengan penelitian mutakhir. Penelitian awal (Allen et al., 1987) menyebutkan MSG memicu reaksi asma. Tetapi penelitian ini menggunakan metode single blinded PC dengan menghentikan konsumsi obat asma. Penelitian ini kemudian dilakukan kembali oleh Woessner et al., (1999) yang menggunakan metode single blinded PC dan double blinded PC dengan meneruskan konsumsi obat plasma. Dan hasilnya, ternyata MSG tidak menimbulkan reaksi asma pada subjek. Jadi, bisa dilihat kesalahan metode pada penelitian awal yang menyebabkan hasilnya berbeda dengan yang seharusnya.

AKUMULASI DALAM DARAH

Apakah konsumsi MSG dalam jangka panjang menyebabkannya terakumulasi dalam darah? Jawabannya adalah tidak. Hal ini dibuktikan oleh Vichai et al., 2000, yang melakukan penelitian terhadap 10 orang subjek yang mengkonsumsi MSG selama 1 tahun, dan 10 orang yang tidak mengkonsumsi MSG, sebagai kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa glutamat tidak terakumulasi di dalam plasma pemakai MSG dan meyakinkan keamanan konsumsi MSG dalam jangka panjang.

KANKER

Belum ada penelitian yang membuktikan MSG sebagai penyebab kanker. Sejauh ini, penyebab kanker adalah radikal bebas yang terbentuk dari Heterocyclic Amines (HCAs, dari pembakaran daging), Polycyclic Hydrocarbon (PAH), dan bahan-bahan karsinogenik lainnya.

AKIBAT MSG PADA JANIN

Eksperimen pada kera rhesus (Reeds et al., 2000) yang disuntik MSG pada trimester akhir menunjukkan bahwa cairan MSG yang diinjeksikan ke induk tidak mempengaruhi janin karena perlindungan placenta, kecuali cairan MSG yang diinjeksikan dosisnya sangat tinggi (di atas 200 mikromol/dl, di atas nilai ambang batas).

KEAMANAN MSG

Penelitian oleh JECFA (komite gabungan FAO dan WHO untuk bahan makanan tambahan) mengevaluasi keamanan glutamat di tahun 1970, 1971, 1974, dan 1987. JECFA menyimpulkan “ADI not specified” (Acceptable Daily Intake not specified, generally recognized as safe) . Artinya, MSG digolongkan memiliki toksisitas yang sangat rendah namun tidak menimbulkan bahaya.

Evaluasi oleh European Community pada tahun 1991 juga menyatakan hal yang sama, yaitu: ADI not specified.

US FDA pada tahun 1995 melakukan review data ilmiah MSG, dan hasilnya keamanan MSG sebagai bahan makanan perlu dikonfirmasi lagi.

Saya pribadi, semakin mencari data ilmiah mengenai hal ini, semakin bingung untuk menentukan, aman atau tidak, baik itu bagi saya, keluarga saya, bayi saya (nantinya), orang-orang di sekeliling saya, dan juga masyarakat karena saya berkewajiban menginformasikan mana yang benar dan mana yang salah. Penelitian-penelitian mengenai MSG sudah tersedia. Baik itu buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah, baik itu luar negeri, maupun dalam negeri (sebab kita membutuhkan data yang mencerminkan keadaan bangsa kita, bukan bangsa lain). Data ini menunggu untuk untuk diolah. Saran saya adalah risk assessment pada monosodium glutamate di Indonesia, seperti pada Risk Assessment Aflatoksin pada 10 Kecap Produksi Nasional.

Mari Indonesia bangkit, demi ketahanan pangan di negeri kita. Jangan mau kalah dengan bangsa lain. Terapkan standar kemanan pangan sehingga bangsa lain tak bisa bebas membuang menjual sesuatu yang tak aman kita konsumsi.

Related link:
MSG dan Kesehatan : Sejarah, Efek dan Kontroversinya
MSG Safety and Labelling
[MLDI] Pirac: 13 Jenis Snack Mengandung MSG yang Bisa Ancam
Chinese Restaurant Syndrome
What is ‘Chinese Restaurant Syndrome’ and what causes it?
Risk Assessment Aflatoksin pada 10 Kecap Produksi Nasional

This entry was posted in Nutrition's corner. Bookmark the permalink.

18 Responses to MSG, Mengapa Masih Kontroversi?

  1. isna_nk says:

    iya mbak…. hasil seminar ini keputusannya di tangan kita, tapi kalau saya, berhati-hati, tidak berlebihan, seperlunya, n back to nature akan lebih aman. makai bumbu2 rempah aja sudah enak….. kebanyakan msg malah eneg 🙂

    selamat atas kelulusannya, selanjutnya akan pulkam atau tetap di Jogja? moga sukses 🙂

  2. Harjo says:

    MSG dari dulu memang selalu kontroversi, tidak pernah selesai. Ada seorang akhli pangan dari IPB, FG Winarno, pernah menulis di Kompas bahwa MSG itu aman, lalu dibantai oleh seorang dokter (dari Untar, saya lupa namanya, orangnya kecil, sekarang sudah Prof). Kemudian dibalas lagi di Kompas, kemudian dijawab lagi, ramai dech jadinya. Saya baru tahu lagi nih perkembangan terakhir MSG dari blog ini …

    Salam,
    Hari Jonathan
    http://harijonathan.wordpress.com

  3. Harjo says:

    Oh ya, saya baru inget namanya, Iwan T Budiarso, itu juga karena pas kemarin saya ke pameran Agrinex dan mendatangi salah satu booth dari perkumpulan perusaan MSG. Ternyata masih kontroversi ya? Di dalam sebuah booklet, pendapat Pak Iwan itu, dibantai abis. he h ehe.. lucu juga… jadinya …

  4. tejo says:

    katanya kalo minum air putih banyak bisa mengurangi efek buruk MSG. bener gak sih mbak??

  5. alfirdausi says:

    Wah,saya baru tahu perkembangan ” terkini ” tentang MSG nih…tapi, saya juga setuju dengan mba isna tuh…lebih baik back no nature…
    Oya, blog nya saya link di blok saya ya…

    (Ummu Za)

  6. andryhart says:

    teman saya di Jepang mengatakan bahwa orang Jepang lebih menyukai bumbu yang alami sehingga mereka lebih memilih menggunakan kombu (rumput laut yang merupakan asal penemuan MSG) ketimbang serbuk MSG. Tetapi bagi masyarakat Indonesia, bumbu semacam ini kurang disukai karena umumnya orang kita tidak menyukai aroma amis? Barangkali anda tahu tentang ajibon yang kalau tidak salah diproduksi oleh pabrik ajinomoto. Apakah ajibon ini sama dengan kombu karena di Jepang saya menyukai irisan kombu sementara di Indonesia penyedap makanan ini jarang saya temukan.

  7. andryhart says:

    Dalam Malang Nutrition Update 2008 terdapat presentasi dr Ramadhani spesialis anak yang mengemukakan bahwa kombinasi L-glutamic acid dan L-aspartic acid bersifat neurotoksik bagi anak? Bagaimana pendapat anda?

  8. izal says:

    oiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii kk(kakak) ada sumber lain yang katanya MSG bisa menyebabkan pembengkakan limfa lhooooooooooooooo
    tolong kk bisa membabahasnya di sini

  9. Lisa says:

    saya klo bis makan makanan yang rasa micinnya kerasa bgt ,langsung pusing dan mual,,,apa itu efek dari kandungan MSG tadi atau cuma sugesti saya saja ya?^^

  10. Ama says:

    memang ada beberapa orang yang sensitif sekali. Kemungkinan karena keluarganya tidak pernah memakai MSG di rumah, sehingga jika suatu saat mendapatinya tubuh tidak bereaksi positif.
    Hmm, ada baiknya juga ya, bisa jadi natural MSG detector, hehehe 🙂

  11. LOYO says:

    Assalamualaikum wrwb,
    Mungkin ini pengalaman buat saya pribadi, sejak saya berusia 4 tahun saya tidak mengkonsumsi MSG, karena waktu itu amandel (tonsil)bengkak sehingga tidak dapat menelan makanan, setelah sembuh berobat, dokter menyarankan tidak usah di operasi namun harus dihindari makanan yang mengandung MSG. Benar! bila saya tidak hati2 (terutama bila kebetulan makan di luar rumah) langsung amandel saya membengkak dan kadang parah harus berobat. Alhamdulillah sekarang usia saya sudah 43 tahun dan MSG menjadi momok buat saya, tidak ada pantang dalam mengkonsumsi makanan apapun … keculi yang mengandung MSG.
    Wass wr wb

  12. erna rofiki says:

    kalo aq sih balik ke orang nya juga, suka pake msg ato nggak dalam masakannya…. soalnya semakin aq cari tahu …semakin aku bingung dibuatnya…soalnya …ada yang pro dan kontra …dan semua pembahasannya menyatakan yang paling baik dan benar….

  13. nophy virgo says:

    apa pun makanannya minumnya teh botol sosro 😀

  14. Anonymous says:

    “back to nature” ?? emangnya MSG itu tidak alami? MSG itu kan bukan bahan sintetis, tapi alami yaitu hasil fermentasi dari tetes tebu

  15. Ajeng says:

    Nice article, nambah ilmu nih, salam kenal ya mba:)

Kasih komen dong